Popular posts from this blog
Bahasa (dan) Perang
Disclaimer: Riset kecil-kecilan dan asal-asalan yang saya lakukan ini cuma gothak-gathuk saya aja, berdasarkan arsip-arsip yang saya temukan di internet. Kemungkinan banyak opini saya yang ngawur. Maafkan saya. *** Tanpa kemampuannya berbahasa Melayu dan Arab, Snouck Hurgronje tidak mungkin bisa diterima oleh masyarakat Aceh dan Belanda tidak mungkin bisa menguasai daerah ini. Tanpa kefasihannya berbahasa Indonesia dan Jawa, Benedict Anderson tidak mungkin bisa menulis buku-bukunya tentang Indonesia. Tanpa keahliannya berbahasa Jawa halus, Franz Magnis-Suseno tidak mungkin menulis buku Etika Jawa-nya. Dan mungkin, tanpa adanya ahli bahasa Indonesia di tentara Australia, mungkin mereka nggak akan sesukses itu memporak-porandakkan Timor-Timur. *** Dari pengalaman saya belajar dan bekerja di ranah EFL (English as Foreign Language ), akuisisi bahasa ( language acquisition) itu nggak pernah netral. Para tetua saya yang ahli di bidang ini selalu meneg...
That Time When I Crossed The Malaysian landborder
Hitchhiking is fun until you realize that you might not come back alive! *** As an unreliable translator/note taker for Aural Archipelago , I'm always excited to go to a new place to search for new sound and new music in Indonesia. Most of the journeys I've had with Palmer have been wonderful, and some interesting stories, maybe, are worth to share. This is a memorable one when we went to Kalimantan. It was July 2014 and Palmer had set up a plan to go to Kalimantan. The itinerary was poorly planned, but who cares. We just wanted to throw ourselves into the middle of Kalimantan jungle and in our perfect world (which of course doesn't exist) we hoped to quickly find a sape player. We flew to Pontianak first and we didn't waste our time: we wanted to cross the border to Kuching. It was an ok journey; although it took us one night to go from Pontianak to the border. Surprisingly, we saw not only buses to go to Kuching, but also to Br...
Comments
Post a Comment