Popular posts from this blog
That Time When I Celebrated Hanukkah
The Kindling of Hanukkah Menorah Do you know that in orthodox Jewish tradition they're not allowed to eat pork? It was December 27th, 2016 and I was recuperating from my Christmas hangover. We didn't really have any plans sorted out other than going on a road trip to San Francisco a few days later, and as usual Palmer just plainly, spontaneously blurted out his plans, a few minutes before it. "We're gonna go to Zach's place. He's celebrating Hanukkah and he invited us". My eyes opened wide. It’s been my dream to see a Jewish celebration! So we drove to Zach’s apartment. His mom, Michelle was there along with his roommates and friends. I was a little bit nervous. Any specific prayer I should know of? What kind of rituals are we going to do? Do they think I’m weird? I went straight to the kitchen. Carina, Zach’s significant other was cooking Matzah ball soup with his mom. Mmmm, smells like dill and mi...
MSG Adalah Korban Rasisme!
Bisa jadi, citra negatif yang melekat pada MSG itu berawal dari rasisme.... HUUUHHHH? *** Syahdan, di suatu malam tahun 1907 ketika Profesor Kikunae Ikeda sedang makan malam dengan keluarganya, kuah sup yang ia santap terasa lebih nikmat dari pada biasanya. Mengapa gerangan? ternyata dashi yang dimakannya waktu itu memiliki satu komponen yang hingga kini tidak banyak orang tahu: kombu . Setelah beberapa uji coba dilaksanakan, ditemukanlah sebuah komponen rasa baru yang tidak manis, tidak pahit, tidak asin, tidak asam: namanya U-M-A-M-I. Komponen rasa ini kemudian diproduksi dalam bentuk kristal yang sekarang kita kenal dengan MSG. Singkatnya, kalian-kalian yang suka semua jajanan kaki lima sekitar jalan Kaliurang harus berterimakasih pada Pak Ikeda. Tanpanya, cilok dan makaroni yang kalian nikmati nggak akan terasa seperti itu. Iya! Terus hubungannya sama rasisme apa ya? Oke, kembali ke sejarah umami. Setelah penemuannya terkenal ...

Comments
Post a Comment